Disadur dari The Secret: Be The Winner, by Eddy Iskandar & Tiana Mohandas Karamchand Gandhi atau Mahatma Gandhi, adalah orang yang sangat berjasa bagi kemerdekaan India dari tangan Inggris (1947). Ia bukan saja seorang pemimpin agama tetapi juga pemimpin politik yang disegani. Kepercayaannya yang mendalam terhadap agamanya, menjadikan sumber utama bagi ilham-ilham Gandhi –Swadeshi-- Gandhi menginginkan kemerdekaan tanpa kekerasan (non violence). Dengan menemukan dasar-dasar etik bagi para penganutnya ialah pantang makan makanan yang bernyawa, Gandhi berjuang untuk kepentingan keadilan sosial, untuk kebenaran itu sendiri. Bagi orang India, ia adalah pahlawan besar hingga sebutannya ‘Mahatma’, tetapi tidak sedikit pula orang yang sangat membencinya. Karena ia dianggap sebagai biang keladi perpecahan India-Pakistan. Walau pengabdian dia pada rakyatnya dilakukan sungguh-sungguh dan terjun langsung. Ia tidak banyak bicara tetapi bekerja, sampai ia menulis tentang perasaannya : “Tanggung jawab yang kupikul adalah di luar takaran kecakapanku, tetapi aku adalah orang yang memiliki energi besar untuk bisa menerima kenyataan ini,” katanya optimis. Namun malang. Ia ditembak mati oleh seorang ekstremis muda, Nathuram Godse. Tewasnya Gandhi dianggap tumbal kemerdekaannya sendiri. Ia adalah pahlawan, namun kebencian terhadapnya menunjukan bahwa kebenaran yang dilakukannya tidak selalu baik buat seluruh manusia. Karena, semua orang punya kepentingan, maka yang nampak benar dan baik bagi yang satu, tidak disukai oleh pihak yang lain. Hal yang serupa juga di alami oleh Martin Luther King Jr, dari Amerika Serikat. Ia adalah Pendeta yang memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian tahun 1964. Sebagai seorang tokoh kulit hitam, ia pun memperjuangkan hak-hak azasi manusia kulit hitam. Ia ditembak oleh James Earl Ray yang sangat membenci usaha persamaan derajat kulit hitam dan kulit putih. Cita-cita Dr. Martin Luther King tersebut, sebenarnya didukung oleh Presiden AS, JF Kennedy, tak pelak sang Presiden juga ditembak di Dallas tahun 1962. Hingga kini kematiannya masih merupakan misteri. Satu abad lebih tiga tahun sebelumnya, yaitu pada tahun 1865 Presiden Abraham (Abe) Lincoln juga dibunuh oleh John Wilkes Booth. Lincoln adalah pencetus proklamasi pembebasan budak belian di seluruh negara bagian Amerika Serikat pada tanggal 1 Januari 1863 Pada masa-masa itu, perbedaan hak kulit hitam dengan kulit putih sangat menonjol. Kulit hitam bahkan dianggap budak yang tidak memiliki hak azasi. Kita tahu, Tuhan tidak pernah membeda-bedakan umat-Nya. Tapi manusia sendiri yang tidak mau di sama-ratakan. Ada ras-ras yang merasa dirinya paling mulia di dunia. Seperti yang diklaim oleh Adolf Hitler bahwa ras Aria adalah ras yang paling mulia di dunia, namun siapa pun tahu, hal itu sebenarnya sangat keliru menurut Sabda Tuhan di setiap Kitab Suci, karena Tuhan mencipta semua mahluk dimanapun sama derajatnya. Yang membedakan hanya ketakwaannya. ** Bisa kita simpulkan bahwa kebenaran yang hendak disampaikan kepada manusia sungguh sulit. Sementara, manusia sendiri melakukan kebenaran yang relatif. Di satu pihak dia diterima, lainnya menolak. Padahal kita sendiri bisa melihat kebenaran itu. Jadi apakah kebenaran yang hakiki itu. Menurut batasan agama apa pun, kebenaran adalah apa saja yang diperintahkan Tuhan, pada Alam Semesta seisinya dan manusia. Sementara para mahluk ciptaanNya, wajib melakukan penyesuaian dengan perintah tersebut, melalui masing-masing habitatnya. Meski siapa pun akan merasakan, dirinya tak bakal pernah mencapai kebenaran yang hakiki. Tiada kebenaran yang sempurna di dalam diri manusia apalagi mahluk lainnya. Tapi kewajiban tetap harus dijalankan. Jika seseorang merasa telah berbuat kebenaran, hal itu belum tentu benar dalam pandangan orang lain. Untuk itu pastilah harus dihubungkan dengan nilai tambahnya. Yakni faktor ‘baik’. Jadi, yang benar belum tentu baik. Begitu pun sebaliknya, yang baik belum tentu benar. Maka orang harus dapat menguasai keduanya, yaitu yang baik dan benar. Tapi, itu pun tidak selalu dapat hasil yang sebanding. Karenanya, masih dibutuhkan lagi pemikiran bagaimana tindakan yang baik dan yang benar itu, sehingga menjadi sempurna hasilnya. Nampaknya setiap perbuatan untuk menjadi manusia pemernang harus dilandasi dengan pengorbanan yang bermacam-macam. Tergantung tujuannya. Apa yang mau kita capai dengan melaksanakan kebenaran dan kebaikan itu. Apakah untuk diri sendiri, orang lain, untuk rakyat, negara atau untuk tujuan universal. Dan, pada kenyataannya, tujuan-tujuan tersebut tak mudah dicapai karena tantangannya luar biasa berat. Tidak saja tujuan untuk diri pribadi, tapi juga pada tingkat kebenaran dan kebaikan para pejuang-pejuang besar tersebut di atas. Tekad mereka belum tentu mendapat tanggapan positif dari orang lain. Pada tingkat yang tinggi, perjuangan untuk mencapai perdamaian antar mereka saja selalu dapat rintangan, tantangan, hinaan dan cercaan hebat. Apalagi ketika memberi contoh kebenaran dan kebaikan ke pada masyarakat dunia. Kebenaran juga sangat subyektif. Bukti kebenaran memang tergantung dari mereka yang memandangnya. Sementara kebaikan adalah sesuatu yang menjadi obyek animo dan nilainya pun tidak sama pada tiap-tiap manusia. Bagaimana pun manusia akan selalu berbeda pandangan. Di satu sisi, seorang tokoh kebenaran berjuang dengan seluruh energinya untuk sebuah kebenaran dan kebaikan. Niatnya pun untuk kepentingan seluruh umat manusia. Tapi yang bisa menerima ternyata adalah golongannya sendiri atau orang yang punya pandangan sama. Jadi manusia sebenarnya tidak mampu melakukan kebajikan secara sempurna terhadap manusia secara keseluruhan. Di sisi lain, individu yang ditakdirkan menjadi manusia kebanyakan atau yang kharismanya tidak kuat, maka ia hanya mampu memperjuangkan kebenaran dan kebaikan untuk diri sendiri. Dengan kata lain, pengalaman empirisnya hanya untuk pribadi. Memang, kekuatan energi atau power Tuhan untuk siapa pun sama. Cuma, mayoritas manusia tidak tahu jalur untuk menyerap lebih banyak dari yang minoritas. Pada kenyataannya, manusia pemenang yang memiliki energi lebih adalah mereka yang tidak hanya menambah pengetahuan dengan fakta-fakta yang sudah nyata. Melainkan mereka juga mempertinggi tingkat kejiwaan, supaya pemahaman tentang Tuhan dapat lebih tinggi menjulang. Tuhan sendiri merupakan sumber pengetahuan itu sendiri, namun penghayatan tentang eksistensinya akan memperluas jangkauan cakrawala pengetahuan lahir batin. Pada tingkatan ini, manusia pemenang tidak hanya mempelajari teori, tetapi dia harus secara langsung melakukan apa yang dipelajari (learning by doing), dengan sendirinya dia akan menguasai gerakan-gerakan atau perbuatan-perbuatan yang tepat, sehingga ia bisa menguasai masalah yang dipelajarinya dengan sempurna. Inilah sikap manusia yang riil, yang dapat meningkatkan energi Tuhan dengan sempurna. Pada dasarnya, manusia memiliki energi yang negatif dalam diri pribadinya. Perasaan-perasaan buruk, seperti benci, dendam, marah dan lainnya, sebenarnya harus diganti dengan yang positif. Bila energi negatif itu besar dan tidak mau diperbaiki, hal itu tak jarang akan terus berlangsung. Tetapi hukum alam akan tetap mengatakan ada sebab, maka ada pula akibat. Jadi siapa pun manusia itu yang berlaku (sebab) AB juga akan memperoleh akibat AB. Tatkala dia mendapat akibat A atau xyz, hal itu tergantung dari perilakunya kemarin, dulu, atau waktu yang lampau. Manusia juga wajib mempelajari tentang hukum sebab-akibat, supaya dia bisa menginjak ke energi yang lebih tinggi lagi. Sebagai tangga untuk membuang energi negatif, Tuhan pun memberikan jalan yang harus kita kontemplasi. Ialah, energi positif untuk melawan yang negatif tadi. Gunanya juga untuk menghindari hukum sebab-akibat yang sangat cepat dan tepat gerakannya. Jalan tersebut merupakan landasan dasar untuk kebenaran dan kebaikan. Demikian pula, faktor-faktor ini tidak saja harus dijalani mereka yang hanya memiliki energi biasa-biasa saja, tetapi harus pula dilakukan para manusia pemenang pada umumnya yang ingin memperjuangkan kebenaran dan kebaikan dunia, sebagai the way of life manusia.
Read More.....Rabu, 02 Juli 2008
Memelihara Kekuatan Motivasi
Disadur dari buku The Secret: Be The Winner, oleh Eddy Iskandar & Tiana ‘Hukum Ketertarikan’ di dalam buku Law Of Attraction dan ‘Hukum Tarik Menarik’ dalam buku The Secret yang menyatakan, impian manusia apa saja jika dikerjakan dengan seluruh perhatian, energi dan konsentrasi --baik itu bertujuan positif atau negatif-- diyakini akan bisa tercapai. Dan, seperti halnya para penemu, impian tersebut harus pula ditunjang dengan kekuatan motivasi. Karena, banyak orang yang punya antusiasme menggebu, namun kemudian tak mampu nambah daya dorong dalam menuntaskan pekerjaan. Artinya, mereka mandek karena kepingin kerja secara instan, hingga akhirnya putus asa di tengah perjalanan. Memang, dengan pure semangat saja belum tentu seseorang mampu mencapai tujuannya. Maka, dalam hal ini kekuatan motivasi pun harus selalu dipelihara, sebab inilah penuntun utama guna mencapai tujuan dan kesuksesan. Contoh kongkretnya, ketika seorang entrepreneur pemula nemu untung dari bisnisnya, serta merta dia akan merasa senang mendapatkan uang yang melebihi modal awal. Karena itulah maka seluruh perhatian, energi dan konsentrasinya akan berorientasi pada profit. Hal itu berarti pula, antusiasme, kreatifitas dan harapannya pun akan terus termotivasi. Semua ini identik juga dengan mereka yang sudah berhasil kaya-raya, namun motivasinya masih tetap mau mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. Diyakini, semua obsesi di dalam pikirannya itu --setiap saat-- akan tertuju pada bertambahnya jumlah uang dan tak akan pernah terlintas sedikit pun dalam kepinginannya untuk berhenti dapat keuntungan dan kekayaan sebesar-besarnya. Memang begitulah makna uang, yang merupakan salah satu daya tarik terkuat dalam kehidupan manusia --hingga membangunkan motivasi orang untuk terus mencari-- Dan, kebutuhan lima tingkat dari teori Maslow pun sepertinya susah jalan dan berkembang tanpa kepemilikan uang. Sedang di satu sisi, orang pun harus tetap memelihara motivasi buat mencari & mencari uang itu dan kalau mampu, uangnya mesti nambah banyak lagi. Kadang hingga menjelang datangnya el maut pun mereka masih belum mau berhenti. Untuk mendapatkan uang, orang bahkan sering berani melakukan apa saja dan berupaya macam-macam dengan cara positif atau negatif. Dan, seperti yang telah dikatakan di atas, kekuatan motivasi disini pun akan menjadi kebutuhan mutlak guna mencapai tujuannya. Untuk melengkapi uang atau hartanya, ada satu lagi yang membuat orang termotivasi berat. Ialah, keinginan mereka untuk mendapatkan kekuasaan sebagai kebutuhan kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. Kekuasaan, biasanya akan menjadi pilihan kedua setelah uang. Dengan kekuasaan, seseorang akan mampu berbuat apa saja untuk memenuhi empat kebutuhan teori A. Maslow di atasnya, sehingga lengkaplah kebutuhan seseorang setelah punya uang dan kekuasaan. Ia pun bisa berbuat apa saja yang dimaui. Penuntun Kalbu Namun, kendati aspek uang dan kekuasaan sering menjadi pilihan nomor wahid guna memenuhi lima kebutuhan hidup, toh masih banyak juga orang yang termotivasi untuk jadi pembelajar. Dalam hal ini, pembelajar yang dimaksud dikategorikan sebagai orang-orang yang membutuhkan perasaan aman (amnu) serta kasih sayang (rahman dan rahim) khususnya dari Allah Swt. Secara sadar, mereka terdorong untuk lebih mendalami soal keimanan. Karena, keimanan adalah motivator yang mendorong mereka untuk melakukan perbuatan baik atau positif. Jelaslah hal ini merupakan kebutuhan dan kenikmatan tertinggi yang dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Mereka pun lantas rajin menambah ilmu (tholabul i’lmi), untuk mendapatkan motivasi, khususnya dari bacaan buku-buku penuntun kalbu mendengarkan ceramah etika beragama seraya melakukan kontemplasi tentang kehidupan dunia-akhirat. Bagaimanapun, penuntun kalbu itu juga merupakan motivator yang dapat mengendalikan perbuatan, perkataan dan getaran hati, bahkan termasuk khayalan manusia dari negatif menjadi positif. Pengenalan mendalam akan Allah sangat dituntut oleh mereka yang beriman, karena hal itu akan mengantarkan mereka kepada ma’rifah yang shohih terhadap Allah Swt, sehingga akan muncul sikap mencintai-Nya (mahabbah). Suatu hal yang akan menentukan pula sikap sur’atul istijabah (segera memenuhi perintah Allah Swt). Maka dengan menyalanya motivasi tuntunan kalbu tersebut, setiap ada kesempatan mereka pun akan memanfaatkannya demi mendapatkan informasi untuk kedamaian hati. Dalam pada ini, pembelajaran yang mereka lakukan jelas motivasinya bukan karena uang semata, namun mereka menyadari dengan belajar tentang kehidupan dunia-akhirat maka wawasan pun akan bertambah luas dan mendalam. Selain itu mereka juga tahu, rejeki tidak hanya dikonotasikan sebagai uang melulu. Sebab, makna rejeki yang berarti uang sangatlah sempit. Bagaimanapun juga, rejeki dapat berupa kenikmatan, ilmu, kemampuan, kesempatan atau kesehatan dan sebagainya. Rejeki atau kenikmatan yang paling berharga dari seluruh rejeki di dunia ini, adalah petunjuk (Huda) dari Allah untuk hidup dalam keimanan. Dan, dari Allah sajalah otak manusia mampu belajar sehingga dapat dipakai untuk mencari ilmu dan berpikir untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan uang memang mutlak, namun dengan memiliki ilmu pengetahuan faktor tersebut otomatis akan mengikuti dengan selayaknya. ”Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS al-Jatsiyah 45 :23). Sedemikian murni dan indahnya energi motivasi, khususnya yang menuntun kalbu manusia ke arah tujuan Allah Swt. Dengan demikian, hal tersebut harus selalu dihidupkan dan dikembangkan di dalam kalbu setiap insan. Walau seringkali tujuan setiap orang sama namun berbeda jalan. Ini tak mengapa. Sebab mungkin saja seseorang masih menginginkan hal-hal yang bersifat darurat, seperti halnya mengutamakan kebutuhan fisiologis. Karena, kebutuhan tersebut masih manusiawi dan juga karena manusia merupakan individu unik yang mempunyai banyak kebutuhan yang tidak hanya materi akan tetapi juga bersifat psikologikal mental, intelektual dan spiritual. Asalkan saja, faktor tersebut harus diupayakan agar tidak mengakibatkan rusaknya keimanan akibat tidak terbendungnya hawa nafsu. Bagaimanapun hawa nafsu sering mengakibatkan aturan hidup dari Tuhan terabaikan dan mungkin juga disesuaikan dengan ’tuhan-tuhan baru’ mereka. Maka inilah dia, motivasi yang menyimpang dari hukum keTuhanan...(tunggu tanggal terbitnya..)
Read More.....Mengetahui Kekuatan Motivasi
Disadur dari buku The Secret: Be The Winner, Eddy Iskandar & Tiana “Katakanlah hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu. Sesungguhnya aku pun berbuat pula. Kelak kamu akan mengetahui, siapakah di antara kita yang akan memperoleh hasil yang baik dari dunia ini. Sesungguhnya orang yang dzolim itu tidak akan mendapat keberuntungan” (Surat Al An’aam : 135) Guna mencapai keseimbangan (tawazun) antara dimensi Al Jasad, Al Aqal bersama dengan kekuatan otak (think power) dan Ar-Ruh (hati nurani), maka di dalam setiap sikap (attitude) --apapun itu-- sangat penting, seseorang memiliki kekuatan motivasi (Motivation Power). Begitupun, harus jelas tujuan tindakannya itu untuk apa. Setelah ia memiliki misi dan tujuan, maka bolehlah orientasi perilakunya terus terpatok pada hal-hal yang mengobsesi pikiran atau yang diinginkannya itu seraya membangun kreativitas. Lalu, apapun rintangannya ia harus tetap menghadapi dengan kekuatan motivasinya itu. Begitupun, ia harus konsisten dengan jalan yang ditempuh untuk mencapai tujuannya. Ketika seseorang tengah memiliki kekuatan motivasi, biasanya ia tak peduli apakah masalah yang dihadapi termasuk di dalam salah satu dari tiga jenis atau tingkatan motivasi. Lantaran motivasi pertama, biasanya didasarkan pada perasaan takut atau khawatir. Misalnya, seseorang yang khawatir dirinya cepat mati lalu ia pun ikut asuransi buat anak-anaknya atau seorang ibu yang ketakutan anak-anaknya tak bahagia hidup di dunia ini kelak, termotivasi untuk membunuh mereka (naudzubillah..). Kedua, ketika kekuatan pikiran atau think power seseorang terobsesi oleh suatu keinginan untuk mencapai sesuatu --baik yang sifatnya negatif atau positif-- maka kekuatan motivasi akan menjadi kebutuhan mutlak untuk mencapai tujuannya. Motivasi kedua ini lebih punya tujuan jelas ketimbang yang pertama. Ketiga, adalah motivasi dari kekuatan iman untuk mendapatkan Inner Power atau inti kekuatan yang langsung diberikan Allah, khususnya kepada jiwa manusia. Hal ini disebut sebagai motivasi dari dalam (intrinsik motivation). Yaitu, yang berdasarkan misi dan tujuan hidup berdasarkan nilai yang diyakininya. Seseorang yang telah menemukan misi dan tujuannya, akan memiliki pula visi jauh ke depan serta hati nurani. Baginya, kehidupan di dunia ini bukan sekadar untuk mendapatkan hidup secara duniawi seperti untuk memiliki uang, harga diri, kebanggaan atau prestasi tok, tetapi merupakan sebuah proses belajar guna mencapai tujuan hidup yang hakiki yaitu mencari Redha Allah SWT. Bedanya dengan hati nurani, motivasi tak memiliki hierarki apapun karena hanya akan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk melakukan apa saja yang diinginkan. Apapun keinginan itu, semisal tujuan yang bersifat darurat, kepuasan atau buat kesuksesan masa depan. Tanpa motivasi, manusia tentunya identik dengan robot atau mesin yang tidak punya tujuan, kendati dia tetap dapat melakukan pekerjaannya secara tuntas. Lain hal pula, tiadanya tujuan suatu tindakan manusia seolah hanya melakukan sesuatu berdasarkan nalurinya semata. Acapkali malah, nalurinya sederajat dengan hewan. Itulah sebabnya motivasi bersama hati nurani sangat diperlukan, sebagai ciri khas kepemilikan manusia yang peranannya sangat besar dalam kehidupan. Antara lain, untuk menghadapi kompetisi, perubahan serta menapaki kemajuan. Jadi pada intinya, motivasi bisa menjadi daya pendorong mental dan spiritual.....(tunggu tanggal terbitnya)
Read More.....Seminar & Workshop di Bali 24-26 Juni 2008
Alhamdulillah, acara di Bali minggu lalu sangat antusias dihadiri dari seluruh lapisan masyarakat untuk mendengarkan dan berdikusi untuk menjadi Smart Worker & Great Entreprenur. Saya dan dr Rudy MBA memberikan How to break 7 digits within 7 years (Punya aset 1 juta US dollar dalam 7 tahun) Selamat kepada para peserta, yang kita butuhkan sekarang setelah acara tersebut diatas adalah ACTION sebagai pembuktian How to yang sdh kita bahas bersama. Besar harapan kami agar makin banyak Great Entrepreneur di bumi Indonesia tercinta ini, amin. Salam 5S
Read More.....One Minute Health with EFT at Maharani Hotel, Jakarta
Workshop yang sangat dibutuhkan bagi siapa saja yang ingin sehat secara Holistic (Pikiran, Jasmani & Rukhani). Disini kita akan mendapatkan bagaimana hidup sehat secara Holistic serta menangani berbagai penyakit dengan EFT. Kenapa dikatakan one minute, karena untuk beberapa kasus insyaAllah dapat diselesaikan.sembuh dalam waktu singkat. Workshop ini sudah dihadiri 6 angkatan, alhamdulillah yang sudah menerapkannya, mendapatkan manfaatnya. Mereka tidak hanya Sehat, insyaAllah Sukses dan Sejahtera, amin. Tunggu apa lagi.Kami tunggu kehadiran Bapak/Ibu: Tanggal : 15 Juli 2008 Tempat : Maharani Hotel Waktu : Pukul 9 pagi s/d 4 sore Pembicara : Dr Eddy Iskandar ( Adv Trainer & EFT Practitioner) Pendaftaran, hubungi CPM Consulting 021 7989606, 32121208, 91279714 Investasi kesehatan 600k, dapatkan bonus senilai 1.300k (bagi 20 pendaftar pertama)atau dapat menghubungi email: eftkita.gmail.com Bagi yang ingin lebih jelas tentang EFT, anda dapat buka web:http://www.sukseskoe.com/ atau http://www.emofree.com/ Salam Sehat, Sukses & Sejahtera selalu (5S) CPM Consulting & Integrated Medical Center
Read More.....