Minggu, 20 April 2008

Terlahir Sebagai Kompetitor

KOMPETISI DIRI Disadur dari buku SIMPLE Kompetensi ( by Eddy Iskandar & Ruswandi - CPM Press) “Dialah Allah yang menciptakan kematian dan kehidupan agar dia menguji kamu siapakah yang paling banyak amalnya” ( QS. Al Mulk: 2 ) Dalam sebuah pelatihan motivasi, saya pernah bertanya kepada peserta. “Siapa yang pernah menjadi juara dalam hal apa pun” Mereka terdiam sejenak. Lalu beberapa orang, dengan malu-malu, mengacungkan tangan. Saya ulangi pertanyaan yang sama dengan penekanan pada kata “DALAM HAL APA PUN” hingga tiga kali. Ada tambahan beberapa orang, tapi tetap saja masih ada yang diam. Saya tanya salah satu dari mereka yang diam saja “Kamu tidak pernah menjadi juara?”. “Tidak. Hidup saya biasa saja. Saya tidah pernah menjadi nomor satu. Tapi tidak juga menjadi yang paling akhir,” jawabnya. Kondisi yang serupa saya temui terhadap peserta pelatihan mahasiswa dan bahkan para manajer. Walaupun presentase yang diam lebih sedikit. Selalu ada pengakuan bahwa “saya tidak pernah menjadi juara”. Padahal kalau kita semua menyadari proses terjadinya seseorang di muka bumi ini, pasti semua akan berteriak dengan lantang “Saya pernah menjadi juara”. Ya, seorang manusia yang terlahir di muka bumi ini merupakan juara dari sebuah kompetisi. Dalam satu waktu, seorang pria mengirimkan sekitar 250 juta sperma ke rahim seorang wanita. Pada awal perjalanan, sperma sudah berkompetisi untuk mampu bertahan dari cairan campuran pekat asam dalam organ reproduksi sang ibu yang berfungsi menghalangi pertumbuhan bakteri sekaligus menyebabkan kematian pada sperma. Dalam hitungan 1 jam saja, sebagian besar sperma mati. Hanya sekitar 100 sperma yang mampu mencapai pintu masuk tubba faloppi dan mencapai sel telur. Namun perlombaan belum selesai karena hanya satu sperma yang diizinkan masuk dan berada dalam sel telur. Sperma masih harus berhadapan dengan laipsan pelindung sel telur yang keras dan sulit ditembus. Setelah itu pun sperma harus mampu menembus kulit sel telur. Maka pemenangnya adalah kita. Sebuah sperma yang mampu berkumpul dengan sel telur setelah menghadapi berbagi rintangan. Kita adalah pemenang kompetisi. Sang Juara! *** Tentu bukan tanpa alasan Tuhan melahirkan manusia dengan sebuah kompetisi. Ini terkait dengan begitu besarnya posisi dan fungsi manusia di dunia dibandingkan dengan makhluk lain. Tuhan menciptakan manusia untuk menghuni, mengeksploitasi dan mempergunakan dunia ini dengan hikmah dan kekuatan yang diberikan oleh-Nya. Dengan kemampuannya itu, manusia diberikan kebebasan, keistimewaan untuk memilih jalan yang baik atau yang buruk. Untuk menjadi orang yang dihormati atau ... diremehkan. Untuk menjadi orang yang kaya atau ... miskin. Untuk menjadi pemenang atau ... pecundang. Kamus Webster mendefinisikan persaingan atau competition, adalah, “…….a struggle or contest between two or more persons for same object”. Secara harfiah, kompetisi (to compete) adalah ikut andil dalam sebuah permainan (game / exam). Macam kompetisi setidaknya ada dua, yaitu pertandingan dan perlombaan. Hasil dari semua kompetisi adalah kemenangan (Winning). Setiap manusia yang juga adalah ciptaan Tuhan, sudah selayaknya berperilakukan sebagaimana ciptan-Nya sesuai apa yang Ia kehendaki. Bahwa bila kita perhatikan setiap ciptaan-Nya, tidak pernah ada bumi beristirahat untuk berputar menurut porosnya. Tidak ada cheetah yang setengah-setengah menangkap mangsanya. Begitu pula singa, burung elang dan makhluk lain, tidak pernah terbesit di dalam hatinya untuk melakukan suatu tindakan “kemalasan” dalam membaktikan hidupnya di dunia ini. Semua menjalankan sesuai dengan fungsinya, sesuai dengan fitrah yang Allah berikan pada setiap makhluknya. Beruntunglah kita manusia, karena Allah telah menyampaikan pada kita apa tugas kita di dunia ini, yaitu sebagai khalifatulfilard, pemimpin di dunia ini. Adalah hal yang aneh sebenarnya bila kita menemukan sesosok menusia yang malas bekerja, lebih senang luntang-lantung nggak karuan dan menyiksa dirinya dengan sebotol bir atau sebatang rokok. Tuhan memberikan modal dasar (intrinsic value) yang sama pada setiap manusia. Manusia secara naluri pun memiliki keinginan yang sama: ingin kaya, ingin dihormati, ingin bahagia dan sejahtera di dunia. Maka faktor pembedanya ialah kemampuan manusia untuk meletakkan dan mengungkit daya keunggulan bersaing (competitive advantage) yang tersimpan pada diri manusia. Pemenangnya ialah manusia yang mampu berjuang (doing the best) menurut peraturan-Nya.

Tidak ada komentar: