Rabu, 02 Juli 2008

Memelihara Kekuatan Motivasi

Disadur dari buku The Secret: Be The Winner, oleh Eddy Iskandar & Tiana ‘Hukum Ketertarikan’ di dalam buku Law Of Attraction dan ‘Hukum Tarik Menarik’ dalam buku The Secret yang menyatakan, impian manusia apa saja jika dikerjakan dengan seluruh perhatian, energi dan konsentrasi --baik itu bertujuan positif atau negatif-- diyakini akan bisa tercapai. Dan, seperti halnya para penemu, impian tersebut harus pula ditunjang dengan kekuatan motivasi. Karena, banyak orang yang punya antusiasme menggebu, namun kemudian tak mampu nambah daya dorong dalam menuntaskan pekerjaan. Artinya, mereka mandek karena kepingin kerja secara instan, hingga akhirnya putus asa di tengah perjalanan. Memang, dengan pure semangat saja belum tentu seseorang mampu mencapai tujuannya. Maka, dalam hal ini kekuatan motivasi pun harus selalu dipelihara, sebab inilah penuntun utama guna mencapai tujuan dan kesuksesan. Contoh kongkretnya, ketika seorang entrepreneur pemula nemu untung dari bisnisnya, serta merta dia akan merasa senang mendapatkan uang yang melebihi modal awal. Karena itulah maka seluruh perhatian, energi dan konsentrasinya akan berorientasi pada profit. Hal itu berarti pula, antusiasme, kreatifitas dan harapannya pun akan terus termotivasi. Semua ini identik juga dengan mereka yang sudah berhasil kaya-raya, namun motivasinya masih tetap mau mendapatkan uang yang lebih banyak lagi. Diyakini, semua obsesi di dalam pikirannya itu --setiap saat-- akan tertuju pada bertambahnya jumlah uang dan tak akan pernah terlintas sedikit pun dalam kepinginannya untuk berhenti dapat keuntungan dan kekayaan sebesar-besarnya. Memang begitulah makna uang, yang merupakan salah satu daya tarik terkuat dalam kehidupan manusia --hingga membangunkan motivasi orang untuk terus mencari-- Dan, kebutuhan lima tingkat dari teori Maslow pun sepertinya susah jalan dan berkembang tanpa kepemilikan uang. Sedang di satu sisi, orang pun harus tetap memelihara motivasi buat mencari & mencari uang itu dan kalau mampu, uangnya mesti nambah banyak lagi. Kadang hingga menjelang datangnya el maut pun mereka masih belum mau berhenti. Untuk mendapatkan uang, orang bahkan sering berani melakukan apa saja dan berupaya macam-macam dengan cara positif atau negatif. Dan, seperti yang telah dikatakan di atas, kekuatan motivasi disini pun akan menjadi kebutuhan mutlak guna mencapai tujuannya. Untuk melengkapi uang atau hartanya, ada satu lagi yang membuat orang termotivasi berat. Ialah, keinginan mereka untuk mendapatkan kekuasaan sebagai kebutuhan kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi diri. Kekuasaan, biasanya akan menjadi pilihan kedua setelah uang. Dengan kekuasaan, seseorang akan mampu berbuat apa saja untuk memenuhi empat kebutuhan teori A. Maslow di atasnya, sehingga lengkaplah kebutuhan seseorang setelah punya uang dan kekuasaan. Ia pun bisa berbuat apa saja yang dimaui. Penuntun Kalbu Namun, kendati aspek uang dan kekuasaan sering menjadi pilihan nomor wahid guna memenuhi lima kebutuhan hidup, toh masih banyak juga orang yang termotivasi untuk jadi pembelajar. Dalam hal ini, pembelajar yang dimaksud dikategorikan sebagai orang-orang yang membutuhkan perasaan aman (amnu) serta kasih sayang (rahman dan rahim) khususnya dari Allah Swt. Secara sadar, mereka terdorong untuk lebih mendalami soal keimanan. Karena, keimanan adalah motivator yang mendorong mereka untuk melakukan perbuatan baik atau positif. Jelaslah hal ini merupakan kebutuhan dan kenikmatan tertinggi yang dianugerahkan Allah Swt kepada manusia. Mereka pun lantas rajin menambah ilmu (tholabul i’lmi), untuk mendapatkan motivasi, khususnya dari bacaan buku-buku penuntun kalbu mendengarkan ceramah etika beragama seraya melakukan kontemplasi tentang kehidupan dunia-akhirat. Bagaimanapun, penuntun kalbu itu juga merupakan motivator yang dapat mengendalikan perbuatan, perkataan dan getaran hati, bahkan termasuk khayalan manusia dari negatif menjadi positif. Pengenalan mendalam akan Allah sangat dituntut oleh mereka yang beriman, karena hal itu akan mengantarkan mereka kepada ma’rifah yang shohih terhadap Allah Swt, sehingga akan muncul sikap mencintai-Nya (mahabbah). Suatu hal yang akan menentukan pula sikap sur’atul istijabah (segera memenuhi perintah Allah Swt). Maka dengan menyalanya motivasi tuntunan kalbu tersebut, setiap ada kesempatan mereka pun akan memanfaatkannya demi mendapatkan informasi untuk kedamaian hati. Dalam pada ini, pembelajaran yang mereka lakukan jelas motivasinya bukan karena uang semata, namun mereka menyadari dengan belajar tentang kehidupan dunia-akhirat maka wawasan pun akan bertambah luas dan mendalam. Selain itu mereka juga tahu, rejeki tidak hanya dikonotasikan sebagai uang melulu. Sebab, makna rejeki yang berarti uang sangatlah sempit. Bagaimanapun juga, rejeki dapat berupa kenikmatan, ilmu, kemampuan, kesempatan atau kesehatan dan sebagainya. Rejeki atau kenikmatan yang paling berharga dari seluruh rejeki di dunia ini, adalah petunjuk (Huda) dari Allah untuk hidup dalam keimanan. Dan, dari Allah sajalah otak manusia mampu belajar sehingga dapat dipakai untuk mencari ilmu dan berpikir untuk menghasilkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Kebutuhan akan uang memang mutlak, namun dengan memiliki ilmu pengetahuan faktor tersebut otomatis akan mengikuti dengan selayaknya. ”Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan meletakkan tutupan atas penglihatannya?” (QS al-Jatsiyah 45 :23). Sedemikian murni dan indahnya energi motivasi, khususnya yang menuntun kalbu manusia ke arah tujuan Allah Swt. Dengan demikian, hal tersebut harus selalu dihidupkan dan dikembangkan di dalam kalbu setiap insan. Walau seringkali tujuan setiap orang sama namun berbeda jalan. Ini tak mengapa. Sebab mungkin saja seseorang masih menginginkan hal-hal yang bersifat darurat, seperti halnya mengutamakan kebutuhan fisiologis. Karena, kebutuhan tersebut masih manusiawi dan juga karena manusia merupakan individu unik yang mempunyai banyak kebutuhan yang tidak hanya materi akan tetapi juga bersifat psikologikal mental, intelektual dan spiritual. Asalkan saja, faktor tersebut harus diupayakan agar tidak mengakibatkan rusaknya keimanan akibat tidak terbendungnya hawa nafsu. Bagaimanapun hawa nafsu sering mengakibatkan aturan hidup dari Tuhan terabaikan dan mungkin juga disesuaikan dengan ’tuhan-tuhan baru’ mereka. Maka inilah dia, motivasi yang menyimpang dari hukum keTuhanan...(tunggu tanggal terbitnya..)

Tidak ada komentar: